Galau Tidak Dapat Kesepakatan Harga? Ini Dia Cara Sukses Negosiasi Harga Apartemen

real-estate-1686342
Sumber: mynemesis2011

Prinsip utama berdagang adalah mendapat keuntungan setinggi-tingginya dengan membayar serendah-rendahnya. Prinsip semacam ini akan makin keras tersuarakan kalau kita berada di pihak pelanggan, di mana kalau bisa, kita mendapat harga yang semurah mungkin untuk fasilitas yang serba lengkap.

Hal yang sama juga berlaku saat kita berurusan dengan sewa apartemen atau jual apartemen. Bedanya, di sini posisi kita adalah sebagai penyewa atau penjual, di mana kita melayani pembeli. Tidak jarang, “prinsip ekonomi” itu begitu keras melekat dalam hati pembeli sehingga menyulitkan kita.

Bayangkan saja, kita mau untung dari pendapatan yang sebesar-besarnya jadi susah. Kalau kita beri harga mahal, takutnya gak laku karena jarang ada yang bisa membeli. Sebaliknya, kalau banting harga, pelanggannya yang macam-macam hingga menimbulkan fenomena penjahat apartemen baik secara disengaja maupun tidak. Tapi, unit (atau tower) yang ini tidak kunjung laku…?!?!

Supaya tidak galau berkepanjangan, berikut ini adalah tips sukses memenangkan negosiasi harga apartemen:

1. Selalu Dengarkan dan Dengarkan

4340111456_6dda402390_b
Sumber: Alessandro Valli

Ini kunci utama untuk memenangkan negosiasi dalam bidang apapun, termasuk negosiasi harga apartemen. Benar, pikiran kita memang ingin sukses. Namun, disadari atau tidak, kita sering ngotot dengan kesuksesan itu hingga tidak mau peduli lagi dengan orang sekitar.

Untuk keluar dari kebiasaan buruk ini, pertama-tama kita harus sadar kalau tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa latar belakang alasan yang jelas, termasuk negosiasi harga apartemen dari pihak pembeli. Dalam kata lain, kalau sampai pembeli bernegosiasi harga, berarti ia merasa ada sesuatu yang salah dari penentuan harga, dan bagian kita adalah mencari tahu alasannya.

Kita tidak akan dapat mencari tahu akar penyebab alasannya kalau kita tidak mendengarkan “curhatan”-nya. Biasanya, pembeli akan membandingkan dengan apartemen-apartemen lain yang serupa. Di saat yang sama, ada alasan-alasan lain mengapa pembeli sampai melakukan negosiasi harga apartemen.

Dengarkan saja sampai tuntas. Jangan terlalu banyak menimpali yang tidak penting, karena itu akan membuatnya mundur dan jangan-jangan kita akan kehilangan pembeli prospektif. Dari situ, mungkin kita dapat mengetahui apa saja yang perlu kita benahi.

2. Tegaslah Soal Batas Bawah Harga Apartemen

kitchen-2094737_1920
Sumber: jarmoluk

Inilah saat di mana standar ganda negosiasi berlaku. Di satu sisi, penting untuk mendengarkan pelanggan yang bernegosiasi supaya tahu apa saja yang perlu kita benahi ke depannya. Di sisi lain, kita tidak boleh terus-terusan termakan omongan orang saat bernegosiasi tentang harga apartemen.

Supaya tidak terus-terusan terjebak ke dalam “lingkaran setan” standar ganda, kita harus paham tentang harga pasaran apartemen. Tidak hanya mengandalkan appraisal, namun juga mengetahui standar hidup masyarakat target pasar utama di daerah apartemen tersebut dengan fasilitas-fasilitas yang menyertainya.

Dari situ, kita akan dapat menetapkan batas bawah negosiasi harga apartemen. Biasanya, kegagalan kita untuk bersikap tegas soal batas bawah negosiasi harga apartemen ini sering membuat pembeli “ngelunjak“.

Kemudian, biasanya pembeli akan memiliki budget tertentu dalam pembelian atau penyewaan apartemen. Entah karena tidak bisa mengelola keuangan atau karena gengsi, biasanya pembeli ber-budget rendah nekat menawar untuk apartemen mewah.

Mereka ini sebenarnya kasihan, dan saya yakin mereka punya alasannya sendiri mengapa berbuat demikian. Benar, kita perlu mendengarkan agar tidak salah paham. Di saat yang sama, selama mereka menawar sesuai dengan batas bawah terendah, terimalah mereka.

3. Tetaplah Mengevaluasi Apa Saja yang Kurang

apartment-1851201_1920
Sumber: Pexels

Kita sudah mendengarkan “uneg-uneg” pembeli yang bernegosiasi harga. Kita pun sudah bersikap tegas soal batas bawah harga apartemen yang kita sewakan atau jualkan. Tapi, apartemen tidak kunjung laku. Jadi, apa yang salah?

Dari sini, hanya kita yang tahu jawabannya. Namun berdasarkan penglihatan saya, kemungkinan alasan yang paling umum adalah butuh uang. Karena cari uang menjadi semakin susah selama beberapa dekade belakangan ini, dan tren menyewakan atau menjual apartemen makin viral, kita mungkin ikut-ikutan jadi penyewa atau penjual apartemen.

Padahal, sebenarnya itu bukan bidang kita atau kita tidak dapat melakukannya. Jadilah kita sering melakukan kesalahan dalam penetapan harga. Mulai dari kurangnya perhitungan yang teliti hingga kurang riset mendalam pada daerah apartemen tujuan. Akhirnya, kita tidak kunjung mendapat harga yang kita mau, karena… Ya itu, overpriced.

Alasan lain yang mungkin adalah bias. Menurut kita harga segitu sudah pas, tapi kita terlalu yakin hingga tidak mau melibatkan pihak lain yang seharusnya handal soal harga apartemen. Menurut kita, kita sudah mendengarkan, tapi calon pelanggan atau pembeli tidak merasa didengarkan.

Atau mungkin ada alasan-alasan lain yang belum terungkap. Apapun itu, tetaplah sabar dan jangan berhenti untuk mengevaluasi diri. Bukan hanya kita yang belajar dari penyewa atau penjual senior, tapi terkadang, pelanggan dapat memberikan pelajaran dan masukan berharga bagi kita. Tinggal kita mau menerimanya atau tidak.

***

Bagaimana, rumit bukan, negosiasi harga apartemen? Selama kita mengetahui batas-batas mendengarkan sampai mana, bersikap tegas soal batas bawah yang kita tetapkan, dan terus mengevaluasi apa saja yang perlu kita benahi soal penetapan harga apartemen, kita akan menjadi orang yang makin percaya diri saat bernegosiasi harga apartemen dengan calon pelanggan kita.

Kita pun bisa say goodbye pada kekalahan bernegosiasi, karena toh, kita tidak kalah dengan pembeli-pembeli kita! Dengan demikian, kita pun dapat meraup pendapatan sewa atau penjualan apartemen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.

Leave a Reply